Gua Beloyot. Warisan Geologi yang Berpotensi Mendunia
Oleh:
Gunawan Wibisono
#AspiringGeoparkSangkulirangMangkalihat
Tahun 2024, Kementerian ESDM RI telah menetapkan 26 warisan geologi (geosite) di landscape Sangkulirang Mangkalihat. Momen ini menjadi dasar pengusulan geopark nasional di Provinsi Kalimantan Timur yang meliputi Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutim.
Dari semua geosite, terdapat 1 lokasi yang masuk dalam skala nasional, yaitu Gua Beloyot. Penamaan gua ini sebagai bentuk penciri. Dulu, di depan gua terdapat sebuah pohon sejenis asam yang bisa dikonsumsi sebagai sayur. Masyarakat menyebutnya sebagai pohon beloyot.
Sebelumnya lokasi in sudah menjadi Cagar Budaya.
Lokasi ini berada di Kampung Merabu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau. Tepatnya berada di kawasan Hutan Lindung (sebagian ada yang masuk dalam skema perhutanan sosial, hutan desa yang ditetapkan oleh KLHK RI tahun 2014 seluas 8.245 hektare).
Menempuh 1 jam-an lebih berjalan kaki, dari pemukiman menuju gua, kondisi di jalan cukup menantang. Apalagi hujan beberapa hari mengguyur kampung. Kondisi jalan setapak yang kelihatannya jarang dilalui menyebabkan banyak tumbuh tanaman merambat yang menutup jalan, terdapat beberapa pohon tumbang, juntaian daun rotan dan lumpur yang cukup dalam.
Saya sengaja menggunakan baju lengan panjang, karena saat terkena duri rotan tidak melukai tangan. Ini penting bagi wisatawan, pastikan menggunakan sepatu yang cocok dan topi. Di hutan ini, walau terkesan seperti hutan sekunder, tetapi terlihat beberapa pohon meranti besar terlihat. Wajar karena lokasi ini adalah hutan dipterocarpaceae tropis.
Kenapa harus menggunakan sepatu yang cocok. Ini menyesuaikan kondisi jalan. Kalau dalam kondisi panas, jalan biasanya kering, maka yang cocok adalah sepatu biasa (seperti sepatu cats dan sejenisnya). Jalan lebih mudah dan nyaman. Tetapi kalau musim hujan, jalan becek berlumpur, maka bisa menggunakan sepatu booth. Dipastikan juga menggunakan kaos kaki tinggi. Ini dilakukan agar saat melangkah di lumpur bisa dilalui dengan nyaman dan menghindari dihisap pacet. Hewan kecil penghisap darah. Tetapi bila target utamanya adalah naik gua bercadas, sepatu booth bukan pilihan. Karena sangat repot untuk memanjat dinding gua bercadas. Pilihannya adalah sepatu takul yang bergigi. Seperti sepatu bola berbahan plastik.
Kenapa harus pakai topi. Fungsinya adalah sebagai jaga-jaga nila ada binatang, ranting atau apapun yang jatuh dari pepohonan. Jadi tidak langsung mengenai kepala. Terkadang dengan adanya topi bisa mencegah terkena duri rotan yang melintang di jalan.
Selain itu, terdapat 3 anak sungai (parit) yang menggunakan jembatan. Inilah sebabnya jalur ini hanya untuk jalan kaki dan tidak bisa menggunakan motor, termasuk trail. Apalagi ada jembatan yang jarang dilalui dan berlumut sehingga licin. Ada juga jembatan yang bergoyang kalau dinaiki walaupun dibuat dari kayu ulin yang memang banyak di lokasi ini.
Setelah menempuh perjalanan 5 km an, akhirnya kami sampai di depan gua. Sebuah karst tinggi bercadas dan memiliki bebeberapa gua. Saya sengaja mengaktifkan aplikasi strava agar bisa menghitung jarak dan waktu serta elevasi. Jadi jaraknya sekitar 5 km an, waktunya 1 jam lebih dan elevasi yang cenderung datar.
Tiba disini, kami istirahat sebentar menghilangkan lelah dan rasa haus. Sengaja saya menawarkan sebutin air, 2 kue dan 2 buah jeruk. Ini hanya untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit untuk naik gunung.
Perjalanan dilanjutkan untuk menaiki gunung bercadas. Dengan kemiringan menantang, secara perlahan kami naik gunung dengan bantuan beberapa tali pengaman yang sengaja dipasang untuk mempermudah naik. Di beberapa lokasi sangat curam memang dipasang tali tambang yang cukup kuat dan diikat pada beberapa pohon. Ini sangat membantu.
Sekitar 5 sampai 10 menit, terlihat gua pertama yang cukup kecil. Berdiameter sekitar 2 meteran, gua ini menjadi pintu masuk. Saat masuk, kami menggunakan penerangan sederhana yaitu lampu handphone. Sebaiknya menggunakan headlamp yang terpasang di helm atau topi.
Berada di dalam gua cukup gelap dan sekitar 100 an meter tiba di pintu keluar gua. Di gua ini tidak terdapat tapak tangan. Jadi terus naik dengan tangga sederhana ke gua yang memiliki tapak tangan.
Akhirnya kami sampai pada sebuah gua besar yang terbuka. Disini terdapat banyak tapak tangan yang katanya berusia antara 4.000 sampai 10.000 tahun. Rata2 berupa gambar 5 jari dan beberapa motif seperti binatang
Rasanya puas melihat beberapa pola gambar berharga ini. Lupa dengan lelahnya naik gua serta perjalanan melelahkan. Apalagi saat melihat keluar gua. Terlihat ada puncak karst di seberang gua. Indah.
Komentar
Posting Komentar