Temuro.. Potensi HHBK di Merabu
Temuro, yang bernama latin Goniothalamus sp. dengan famili Annonaceae. Sebuah tanaman liar di hutan Kampung Merabu cukup tersebar.
Dengan daun lebar, dia hidup di bawah naungan pada hutan kelas sekunder. Berdampingan dengan pohon-pohon pioner khas hutan tropis seperti Macaranga sp. Temuro bisa hidup baik sebagai pohon toleran.
Dengan tinggi 2 sampai 3 meter, beberapa pohon terlihat dari kejauhan. Walaupun ukurannya kecil, dengan diameter antara 2 sampai 3 cm, batang pohon ini memberikan bau aromatik yang cukup menyengat. Saat kulitnya dikerik, memberikan bau aroma yang nyaman.
Batang berwarna coklat dengan beberapa corak keputihan ini sengaja diambil untuk diuji coba penyulingan.
Masyarakat Merabu ternyata sudah cukup lama memanfaatkan kayu ini dengan kulitnya. Katanya kulit kayu digeprek lalu disuwir-suwir dan dikeringkan. Kulit yang kering ini bisa dibakar sebagai obat nyamuk.
Untuk melihat potensi Temuro menjadi hasil hutan bukan kayu (HHBK), mahasiswa KKN Tematik dari Fakultas Kehutanan Unmul melakukan uji coba penyulingan batang kayu ini.
Mahasiswa KKN yang melakukan ini adalah Arkhan, Selvi, Azizah, Rana, Imah, Fariz dan Anin. Dalam kegiatan ini juga dibantu oleh mahasiswa PKL dari Kampus Akademi Komunitas Sinar Mas yaitu Sella dan Rifai. Selama proses ini dibantu juga oleh staf KPHP Berau Tengah yaitu Yusuf.
Sama seperti penyulingan minyak asiri lainnya, penyulingan ini menggunakan alat destilasi. Kayu temuro digebrek agar memudahkan senyawa keluar, lalu dipotong-potong sepanjang 10 sampai 15 cm. Setelah itu dimasukkan dalam karung dan ditimbang. Hasilnya sebanyak 10.9 kg.
Setelah itu, dimasukan dalam alat destilasi untuk direbus selama 4 jam. Proses perebusan dicatat secara teliti, misalnya berapa banyak gas elpiji yang terpakai, waktu yang digunakan. Waktu ini penting, salah satu yang bisa diketahui beberapa biaya listrik dan kira2 gas yang dikeluarkan. Selama proses perebusan ini, alat destilasi dialiri air bersih melalui sebuah selang kemudian dikeluarkan dengan selang lain. Hal ini dilakukan untuk mengubah gas hasil perebusan menjadi air atau minyak hasil destilasi dalam bentuk minyak asiri.
Setelah air mendidih yang ditandai dengan adanya suara, proses penyulingan mulai terjadi. Tetesan air dan minyak mulai keluar dan dimasukan dalam pipa kecil khusus. Dalam proses ini, air dan minyak terpisah karena perbedaan masa jenis. Dimana air berada di bawah dan minyak berada diatas pipa kecil.
Proses dilanjutkan sampai 4 jam dan saat itu air yang keluar dari alat sudah tidak mengandung minyak asiri. Proses selanjutnya adalah memisahkan minyak dan air yang selanjutnya dimasukan dalam botol kecil.
Dari proses ini, diperoleh minyak asiri sekitar 10 ml. Jadi secara kasar bisa diketahui rendemen minyak asiri sekitar 0.1%
Komentar
Posting Komentar